LAPORAN KEGIATAN
MASS BLOOD SURVEY (MBS) DI KEC. NANGARORO 2014
MASS BLOOD SURVEY (MBS) DI KEC. NANGARORO 2014
A.
LATAR BELAKANG
Penyakit malaria adalah
suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan
subtropis. Penyakit tersebut semula banyak ditemukan di daerah rawa-rawa dan
dikira disebabkan oleh udara rawa yang buruk, sehingga dikenal sebagai malaria
(mal = jelek; aria=udara). Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk
yang terinfeksi parasi plasmodium yang akan berkembang biak di organ hati
kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien
yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit
influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung
pada kematian, terutama pada kelompok
resiko tinggi yaitu bayi, anak balita dan ibu hamil. Angka kesakitan malaria
akan terus meningkat akibat mobilitas penduduk yang relatif cepat dan
perubahaan lingkungan (pembukaan hutan, pemukiman dan lain-lain) yang kurang
memperhatikan aspek kualitas lingkungan sehat. Hal ini disebabkan masih
rendahnya kepedulian berbagai kelompok masyarakat terhadap bahaya malaria dan upaya
penanggulangan malaria.
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian
dilakukan melalui program sebagai berikut :
Penemuan penderita
malaria (case detection)
Penemuan penderita adalah suatu
upaya untuk menemukan penderita klinis malaria agar dapat terdeteksi secara
dini. Tujuannya adalah menemukan penderita secara dini dan memberika pengobatan
secepat mungkin, memantau fluktuasi malaria, alat bantu untuk menentukan musim
penularan dan kewaspadaan dini terhadap terjadinya kejadian luar biasa malaria (KLB).
Fakta
dan data menunjukkan bahwa masih ada desa-desa endemis tinggi yang belum
terjangkau dan belum terlayani. Ada berbagai faktor yang membelenggu masyarakat
desa terpencil ini sehingga masih belum terbebas dari penyakit malaria yang
sudah turun temurun berkepanjangan. Kondisi geografis, sulitnya transportasi,
kondisi lingkungan desa seolah menjadi faktor pembelenggu yang membuat
masyarakat desa tak pernah terbebas dari malaria. Oleh karena itu, desa endemis
yang terpencil dan sulit terjangkau pelayanan kesehatan inilah yang kita perlu
layani dan jangkau dengan kegiatan Mass Blood Survey (MBS).
Mass Blood Survey
(MBS)
MBS adalah suatu
upaya pencarian dan penemuan penderita yang dilakukan melalui survey malaria
didaerah endemis malaria tinggi yang penduduknya tidak lagi menunjukkan gejala
spesifik malaria. Tujuan dari MBS untu mencari penderita malaria pada suatu
wilayah terutama didaerah endemis tinggi yang sudah tidak menunjukkan adanya
gejala klinis yang spesifik pada masyarakat, selain itu untuk menurunkan sumber
penularan dengan melakukan pengobatan radikal terhadap semua penderita positif
malaria.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan terhadap seluruh penduduk
diwilayah tertentntu dengan endemisitas tinggi dengan mengambil SD diperiksa langsung ditempat, bagi penderita yang positif
diberikan pengobatan radikal dan waktu pelaksanaan disaat puncak kasus.
untuk
MBS di trwulan I di tetapkan di 12 lokasi yaitu desa Ulupulu, Degalea, Utetoto,
Riti, Woewutu, Podenura, Bidoa, Wokodekororo, Tonggo, Woedoa, Wokowoe, Nataute
yang pada Tahun sebelumnya masih di temukan
peningkatan kasus pada 12 Desa tersebut.
B.
TUJUAN PENELITIAN
-
Menurunkan tingkat
penularan malaria di daerah endemis tinggi dan jauh dari pelayanan kesehatan
dengan cara penemuan penderita positif dan pengobatan yang tepat
-
Penemuan penderita
sebelum terinfeksi plasmodium gametosit yang merupakan stadium penularan
C.
Manfaat
penelitin
Sebagai alat bantu sistem kewaspadaan dini kejadian luar
biasa malaria
D.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
Dari kegiatan yang di lakukan di 12
Desa ditemukan kasus seperti yang tertera pada table dibawah ini:
1.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Rentang Usia
NO
|
NAMA
DESA
|
JENIS
KELAMIN
|
USIA
|
|||||
P
|
L
|
0-5
THN
|
6-19
THN
|
20-59
THN
|
60-100
THN
|
|||
1
|
ULUPULU
|
71
|
31
|
24
|
15
|
46
|
17
|
|
2
|
DEGALEA
|
33
|
22
|
10
|
4
|
36
|
2
|
|
3
|
UTETOTO
|
73
|
25
|
23
|
12
|
49
|
14
|
|
4
|
RITI
|
47
|
40
|
8
|
14
|
44
|
9
|
|
5
|
WOEWUTU
|
8
|
9
|
2
|
2
|
11
|
3
|
|
6
|
PODENURA
|
10
|
9
|
6
|
6
|
7
|
0
|
|
7
|
BIDOA
|
13
|
3
|
3
|
1
|
8
|
4
|
|
8
|
WOKODEKORORO
|
36
|
32
|
9
|
22
|
27
|
6
|
|
9
|
TONGGO
|
42
|
17
|
10
|
7
|
26
|
14
|
|
10
|
WOEDOA
|
23
|
9
|
2
|
7
|
10
|
3
|
|
11
|
WOKOWOE
|
43
|
40
|
18
|
5
|
35
|
14
|
|
12
|
NATAUTE
|
36
|
30
|
|||||
1.2
Positif Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin
NO
|
NAMA
DESA
|
JENIS KELAMIN
|
HASIL
|
KET
|
|||
P
|
L
|
PF
|
PV
|
MIX
|
|||
1
|
ULUPULU
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
2
|
DEGALEA
|
2
|
2
|
0
|
4
|
0
|
|
3
|
UTETOTO
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
4
|
RITI
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
5
|
WOEWUTU
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
6
|
PODENURA
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
7
|
BIDOA
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
8
|
WOKODEKORORO
|
1
|
2
|
0
|
3
|
0
|
|
9
|
TONGGO
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
|
10
|
WOEDOA
|
0
|
2
|
0
|
2
|
0
|
|
11
|
WOKOWOE
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
|
12
|
NATAUTE
|
5
|
4
|
3
|
6
|
0
|
|
1.3
Positif Malaria Berdasarkan Rentang Usia
NO
|
NAMA DESA
|
USIA
|
HASIL
|
|||||
0-5 THN
|
6-19 THN
|
20-59 THN
|
60-100 THN
|
PF
|
PV
|
MIX
|
||
1
|
ULUPULU
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
DEGALEA
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
3
|
0
|
3
|
UTETOTO
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
RITI
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
WOEWUTU
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
PODENURA
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
BIDOA
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
8
|
WOKODEKORORO
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
TONGGO
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
10
|
WOEDOA
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
11
|
WOKOWOE
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
12
|
NATAUTE
|
2
|
4
|
3
|
0
|
3
|
6
|
0
|
2.
PEMBAHASAN
2.1
Penderita Kasus Malaria
Berdasarkan Golongan Jenis Kelamin
Berdasarkan
table 1.2 diatas kasus malaria yang
terjadi di kecamatan Nangaroro banyak menginfeksi jenis kelamin laki-laki
dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan hal ini dikarenakan aktifitas kaum
pria lebih banyak di luar pada malam hari, seperti memancing atau sekedar
ngobrol santai bersama tetangganya.
2.2
Penderita Kasus Malaria
Berdasarkan Golongan Usia
Berdasarkan
table 1.3 diatas penderita kasus malaria berdasarkan golongan umur di Kecamatan
Nangaroro selama Januari 2014 terjadi pada usia 6-19 tahun yaitu usia-usia
sekolah.
2.3
Penderita Kasus Malaria
Berdasarkan Tempat
Berdasarkan
penyebaran wilayah kasus positif malaria di 19 Desa 1 Kelurahan di Kecamatan
Nangaroro selama Tahun 2013 belum ada Desa yang dikategorikan HCI, sedangkan
kasus yang terjadi selama bulan Januari tahun 2014 adalah kasus yang paling
tinggi di antara 19 Desa 1 Kelurahan adalah Desa Nataute dengan jumlah kasus 9
jiwa, sedangkan urutan ke-2 adalah Desa Degalea dan Wokodekororo dengan jumalh
kasus 4 jiwa.
2.4
Kasus Positif Malaria
Berdasarkan Plasmodium
Berdasarkan
hasil pemeriksaan secara mikroskopis yang dilakukan pada bulan Januari tahun
2014 ditemukan kasus positif malaria yaitu dengan jenis plasmodium vivax yang
paling banyak ditemukan sejumlah 13 kasus.
E.
KESIMPULAN
DAN SARAN
a.
KESIMPULAN
Kegiatan MBS yang dilakukan selama
± 1 bulan pada bulan Januari tahun 2014 ditemukan kasus positif malaria di 6
desa dari 12 desa yang dilakukan proses MBS. Kasus yang ditemukan adalah
plasmodium vivax dan plasmodium falciparum. Penderita yang ditemukan pada
umumnya merupakan penduduk setempat. Adapun beberapa kendala atau hambatan yang
dihadapi petugas pada saat melakukan MBS yaitu penduduk melakukan aktivitas di
ladang saat MBS berlangsung, penduduk kurang cooperative sehingga hasil MBS
tidak begitu maksimal.
b.
SARAN
1) Menempatakan/menunjukan
salah satu kader di tiap dusun untuk mencermati kalau ada yang panas untuk
segera di laporkan kepada petugas malaria sehingga segera dilakukan pemeriksaan
dan pengobatan.
2) Memperkirakan
jumlah penduduk yang bekerja di ladang/kebun selama proses MBS dan mengupayakan
agar dapat menjangkau orang-orang tersebut
3) Identifikasi
tokoh-tokoh formal yang dapat menyadarkan dan mengajak penduduk setempat untuk
memeriksakan darahnya.
4) Meningkatkan peran
serta masyarakat dan dukungan pemerintah untuk melakukan kerja sama yang solid
dalam menangani malaria secara komperhensif
5) Memutuskan mata rantai
penularan malaria dengan selalu memperhatikan HOST, AGENT dan ENVIROMENT
6) Pengamatan secara
terus menerus kecendrungan penularan malaria melalui pengumpulan data secara
sistematis agar dapat ditentukan penanggulangan yang setepat-tepatnya.
7) Pengadaan kelambu awal
untuk Desa yang ditemukan kasus tertinggi.







